Belajar Bahasa Inggris #2

Belajar Bahasa Inggris #2


     Mie instant itu di ciptakan karena (a) tidak perlu masak alias malas (b) tunggu 3-5 menit langsung langsung bisa makan. Akan tetapi belajar satu bahasa saja kita harus perlu waktu. Tergantung kemampuan orang dalam mempelajari satu bahasa. Kalau dulu saja, saat kita kecil, kita mulai bisa mengucap huruf  “aaa” itu di sa::at?? Terus bisa bilang “maaa” di umur?? Trus bisa satu huruf, dan di tahun ke dua, kita sudah mulai bisa merangkai frasa, seperti “mau makan”. Kemudian di tahun-tahun selanjutnya kita sudah mulai bisa merangkai kalimat-kalimat. Walaupun tidak sempurna dan terkadang pengucapan nya masih amburadul, banyak orang yang paham apa yang kita maksud. Contoh nya, saat adik saya yang paling kecil lihat kecoa. Kami bilang “itu kecoa”. Kemudian dia bilang “kacawak”. Walaupun salah tetap kami mengerti apa yang ia ucapkan.
Nah, kita harus menyadari bahwa saat kita belajar bahasa Ibu kita, kita membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa berbicara (tidak terhitung Nabi Isa ‘alaihi salam), membaca dan menulis. Di masa itu kita pasti suka meniru (mimic) apa yang di ucapkan oleh orang tua kita, pertama, kemudian orang-orang di sekitaran kita, kedua. Di tambah lagi dengan kita suka mengulang kata-kata tersebut setelah berhasil mengucapkannya.
Masih ingat ap ayang terjadi di Gua Hira, saat pertama sekali Jibril turun menjumpai Nabi Muhammad? Ya, benar, Nabi saat itu benar-benar ketakutan karena melihat sosok putih yang tida-tiba muncul di hadapan beliau, kemudian menyuruh Nabi tuk “membaca”. Yang sudah jelas Nabi sudah ketakutan terlebih dahulu, di tambah lagi Nabi bingung, dii suruh membaca, Nabi tak bisa membaca, dan membaca apa?. Kemudian tuk kedua kali Jibril (kalau tidak salah Jibril sudah memeluk erat Nabi) menyuruh beliau tuk “membaca”. Masih, Nabi masih ketakutan yang luar biasa dan tidak tahu harus baca apa karena pun beliau tidak bisa membaca dan menulis sama sekali. Terus, untuk ketiga kali nya, Jibril memeluk Nabi semakin erat dan menyuruh nabi tuk “baca lah dengan nama Tuhan Mu”. Sungguh luar biasa kejadian itu. Gunar baca sesuatu di buku nya McCarty (1981) tentang iteration, dan setelah professor menjelaskan tentang itu (walaupun sedikit), tiba-tiba Gunar terbayang kejadian Jibril dan Nabi Muhammad tuk pertama sekali menerima wahyu.
Bagaimana tidak, itu kan salah satu metode dalam pembelajaran bahasa asing yang di terapkan pada zaman perang dunia ke dua. Teknik pembelajaran itu di kenal dengan Audio-lingual. Saat itu, prajurit U.S. mati-matian mendengarkan bahasa asing (contoh; bahasa Jepang) melalui rekaman yang di rekam melalui kaset tape dan di dengarkan secara berulang-ulang. Mereka memaksa kan prajuritnya untuk mendengarkan bahasa Jepang sebanyak mungkin setiap hari nya. Tujuannya adalah agar si prajurit bisa berbicara bahasa dari sebuah Negara yang sedang mereka perangi. Mereka di tuntut harus bisa berbicara. Tidak perlu untuk bisa menulis dan (mungkin) membaca. Mainstream sekali gak? Memaksakan suara dalam bahasa asing kedalam pikiran kita dan harus bisa berbicara dalam waktu singkat. Super mainstream saudara-saudari. Hasil nya apa? Minimal mereka bis aberbicara bahasa asing yang mereka pelajari.
Apa kaitan nya Audio-lingual dengan cerita Nabi barusan? Saat Nabi di bisikan untuk mengulangi kata “Iqra” (dari bahasa Arab yang artinya: baca”), Nabi yang tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca harus mengucapkan kata tersebut juga. Persis sama kan dengan apa yang tejadi dengan theory audio-lingual?. Walaupun theory audio-lingual nantinya ada penambahan ini itu. Tapi ketahui lah, bahwa melalui cerita Nabi itu, kita bisa mengambil makna bahwa, Jibril sudha mengajar kan theory audio-lingual jauh sebelum para Linguist atau ahli bahasa menemukan theory tersebut.
Kita sebagai pelajar bahasa Asing, pastinya ingin bisa suatu bahasa asing yang sedang kita pelajari secepat mungkin. Tapi kita harus sabar, dan terus berjuang dengan semampu kita tuk bisa. Selanjutnya Gunar akan beberkan sedikit pola-pola belajar bahasa Inggris (atau belajar bahasa China/Jepang) dari berbagai theory, pengalaman maintreams dari teman/diri sendiri.