Teacher's Voice #2: Saya Benci Bahasa Inggris Tapi Sekarang Mengajar Bahasa Inggris

Teacher's Voice #2: Saya Benci Bahasa Inggris Tapi Sekarang Mengajar Bahasa Inggris

Ini merupakan sebuah kisah nyata dari seorang instruktur bahasa Inggris yang dahulunya beliau sangat membenci bahasa Inggris. Saya memiliki kesempatan untuk melakukan interview sedikit tentang beliau yang telah berpengalaman mengajar bahasa Inggris kurang lebih sejak 2 dekade yang lalu. Ketertarikan saya kepada cerita beliau berawal saat beliau menceritakan bahwa beliau sangat benci belajar bahasa Inggris. Lalu saya menanyakan (dengan penuh keraguan) "tapi bukan kah bapak mengajar bahasa Inggris?". "Iya, saya mengajar bahasa Inggris sekarang" jawab beliau sambil tersenyum. "Bagaimana itu cerita nya, kok bisa suka dengan bahasa Inggris dan bisa mengajar, awalnya bagaimana?"

Kemudian beliau mulai bercerita dari awal beliau sangat benci bahasa Inggris. Sejak SD beliau sudah bersekolah di 4 SD, keluar masuk karena bandel. Pada tingkat SMP pun begitu bahkan tidak lulus SMP dan mengulang kelas lagi.

Sumber Foto: Canva


Pada tingkat SMA, beliau bentrok dengan guru bahasa Inggris karena sang guru terlalu sombong dan juga sedikit arogan dalam mengajar. Lalu beliau terjadi cek cok yang akhirnya beliau melemparkan kapur dan mengenai mata sang guru. Tentu saja, beliau tidak di izinkan masuk lagi ke kelas bahasa Inggris itu. Dan beliau pun tidak peduli dengan kelas itu lagi. Mulai dari situ beliau mencoba bergabung menjadi anggota OSIS di sekolah SMA tersebut. Walau tergolong siswa bandel dan sangat benci bahasa Inggris, beliau mau terjun dalam berorganisasi. Singkat cerita beliau pun tamat di SMA itu dan tidak mengerti apa itu bahasa Inggris plus sangat membenci nya.

Masa kuliah pun sudah pernah beliau rasakan, namun beliau meninggalkan fakultas ekonomi tersebut. Pulang ke kampung halaman di Langsa beliau pun mulai bantu-bantu di restaurant milik keluarga. Saat itu perusahaan minyak di Langsa masih membutuhkan banyak putra daerah yang bisa berbicara bahasa Inggris untuk bekerja di perusahaan itu.

Lalu saudara nya menantangnya untuk belajar bahasa Inggris. Saat itu di kota Langsa tidak memiliki kursus bahasa Inggris yang luar biasa tetap beliau mendengar ada seorang siswa SMP yang membuka kursus bahasa Inggris di rumahnya. Beliau yang sudah berumur 20 tahunan tidak takut untuk belajar bahasa Inggris dari dasar walaupun guru nya seorang siswa SMP.

Beliau sangat terkesima dengan cara sang "guru" kecil itu menjelaskan bahasa Inggris. Simple, sederhana, dan mudah untuk di ikuti - begitulah beliau menjabarkan pola pengajaran bahasa Inggris yang di tunjukkan oleh sang guru kecil tersebut. Di dalam kelas kurus itu ia bergabung dengan anak-anak lainnya, dan beliau tidak malu belajar bersama anak-anak.

Di hari ketiga belajar, beliau sudah mulai menyukai belajar bahasa Inggris, walaupun cuma bisa membaca beberapa kata saja. Justru hal tersebut menjadi motivasi tersendiri. Di minggu kedua, beliau sudah mulai ketagihan untuk belajar lebih. Tidak tanggung-tanggung, beliau mengambil semua kelas yang di tawarkan oleh kursus dengan guru yang masih berkemelut dengan dunia SMP.

Singkat cerita beliau sudah mulai semangat belajar bahasa Inggris dan terutama learning autonomy nya sudah mulai aktif. Pada saat ini lah beliau memutuskan untuk kuliah lagi dan jauh dari kampung halaman di karenakan konflik yang melanda di Aceh. Beliau melanjutkan kuliahnya di sebuah universitas di Jogja dengan mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris.

Dari situ beliau mulai belajar banyak tentang teknik mengajar bahasa Inggris hingga beberapa ilmu pendukung lainnya. Alhasil, beliau pun mahir dalam bercakap-cakap bahasa Inggris. Setelah selesai kuliah, beliau kembali lagi ke kampung halaman.

kali ini beliau langsung diterima di sebuah perusahaan minyak di Langsa saat itu hingga beberapa tahun. Setelah perusahaan minyak tersebut tutup, beliau melanjutkan karir nya di bidang pengajaran bahasa Inggris.

Itulah sedikit cerita nyata dari seseorang yang sangat membenci bahasa Inggris namun akhirnya beliau menjadi guru bahasa Inggris.

Semoga kita bisa belajar banyak dari cerita beliau dan semoga menjadi inspirasi bagi semua teman-teman yang sedang berjuang belajar bahasa Inggris. Yakin lah kalian pasti bisa.

Bagi teman-teman yang ingin menyumbang tulisan di Teacher's Voice atau Student's Voice, kirimkan ke dzulgunar[at]gmail[dot]com. Seemoga tulisan teman-teman yang lain juga bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua. Salam sukses selalu - sampai jumpa pada tulisan berikutnya.